Powered By Blogger

Selasa, 15 Maret 2011

Makalah Sejarah Pertumbuhan Islam

SEJARAH
PERTUMBUHAN  ISLAM

Di Mekkah
dan
Madinnah

Di Susun Oleh :

Elefon Ramadhan                    Shinta Kurnia Dewi
Qurrotul Aini                          Anindya
Rahna Puspasari                      Arin
Renny Yuliyastuty                 Nurul
Maria Qibtia                            Hoerunnisa
Aditya O Jordan


Sejarah Perkembangan serta Pertumbuhan Islam Fase Mekkah dan Madinnah


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sering kita mendengar bahwa peristiwa masa lalu bisa dijadikan sebagai jas merah, sebenarnya maksud dari kata jas merah itu sendiri adalah “jangan sampai melupakan sejarah”. Apalagi kita sebagai orang Islam tentunya harus paham akan sejarah perkembangan islam di masa lalu. Hal ini perlu agar kita mampu menganalisa dan mengambil ibrah/hikmah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi.
Dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai Sejarah Perkembangan dan Pertumbuhan Islam fase Mekkah dan Madinnah. Dan untuk lebih detailnya tentang perkembangan dan Pertumbuhan Islam di Mekkah dan Madinnah ini akan diuraikan dalam bab Pembahasan.
Dengan segala keterbatasan tim penulis, maka dalam makalah ini tidak akan dijabarkan satu persatu secara rinci, tapi akan dibahas inti dari Sejarah Perkembangan Islam fase Mekkah dan Madinnah pada waktu itu.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah sebagaimana tertuang
dalam kata
pendahuluan, meliputi:
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan dan Pertumbuhan Islam fase mekkah, serta perjuangan yang ditempuh oleh Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dalam menyiarkan Islam ?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan dan Pertumbuhan Islam fase madinnah, yaitu membahas mengenai Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari mekkah ke madinnah ?
Demikianlah sedikit gambaran mengenai isi makalah ini yang tim penulis buat dengan metode literatur kaji pustaka terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema makalah yang kami buat dan berdasar pada diskusi yang kami lakukan.
  

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Islam Fase Mekkah : Sebuah Awal Pijakan
1.     Kemunculan Islam
Islam muncul di Semenanjung Arab pada pada tahun 622 masehi. Wahyu pertama diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira', Arab Saudi. Sejarah Islam menceritakan perkembangan dan Pertumbuhan Islam hingga sekarang.
Semenanjung Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang tidak maju. Kebanyakkan orang Arab merupakan penyembah berhala dan ada sesetengahnya merupakan pengikut agama Kristian dan Yahudi. Mekah ialah tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu karena di situ terdapatnya berhala-berhala agama mereka dan juga terdapat Telaga Zamzam dan yang paling penting sekali Kaabah. "Bangsa Arab adalah bangsa yang tidak bermoral, bejat, munafik, licik dan bukan hanya sering terjadi pembunuhan terhadap klan lain dan biasanya berlanjut dengan peperangan, mereka juga tidak ragu-ragu membunuh anak perempuan mereka. Pada bangsa yang a moral dan a susila seperti inilah Tuhan menurunkan Nabi Muhammad SAW. Walhasil, Nabi diutus kepada bangsa Arab karena kejahiliyahan bangsa tersebut dan tugas Nabi-lah untuk menyempurnakan akhlak mereka."
2.     Profil Singkat Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad juga dikenal sebagai Mohammad, Mohammed, dan kadang-kadang oleh orientalis (Mahomet, Mahomed) adalah pembawa ajaran Islam, dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi Allah (Rasul) yang terakhir. Menurut biografi tradisional Muslimnya (dalam bahasa Arab disebut sirah), ia lahir sekitar tahun 570, diperkirakan 20 April 570 di Mekkah (atau "Makkah") dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hijaz (Arab Saudi saat ini), dan Muhammad diriwayatkan memiliki 11 istri.
Baginda Nabi Muhammad SAW merupakan seorang anak yatim piatu tanpa Ayah dan Ibu. Ayahnya Abdullah bin Abdul Muttalib meninggal semasa beliau masih dalam kandungan dan ibunya Aminah binti Wahab meninggal dunia semasa beliau berusia 7 tahun. Kemudian beliau dijaga oleh kakeknya Abdul Muthalib. Setelah kakeknya meninggal baginda Rasullullah di adopsi oleh pamannya yaitu Abu Talib. Baginda kemudian menikah dengan Siti Khadijah semasa beliau berusia 25 tahun dan menjalani kehidupan yang tentram dan aman. Baginda banyak menghabiskan masa mencari ketenangan digua Hira'. Sehingga ketika Nabi Muhammad s.a.w. berusia lebih kurang 40 tahun, baginda telah didatangi oleh Malaikat Jibril a.s. Muhammad mendapatkan wahyu dalam rupa lima ayat pertama surat Al-’Alaq. Lima ayat yang dibawa Jibril itu menandai pengangkatannya menjadi seorang Nabi. Tidak lama kemudian, Jibril turun membawa lima ayat lain, lima ayat pertama surat Al-Muddatstsir, yang menandai pengangkatan Muhammad menjadi seorang Rasul. Sejak saat itu, Muhammad menerima dan menyampaikan wahyu sampai kemudian meninggal dunia pada umur 63 tahun.
                “Muhammad" dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Muslim mempercayai bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad S.A.W adalah penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar Rasulullah dan menambahkan kalimat sallallaahu alaihi wasallam yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya” sering disingkat "S.A.W" setelah namanya. Selain itu Al-Qur'an dalam Surah As-Saff (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan nama "Ahmad" yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".
Muhammad SAW sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran.

3. Peranan Nabi Muhammad SAW dalam Perkembangan dan Pertumbuhan Islam di Mekkah.
Satu faktor lain yang mendukung Mekkah adalah bahwa masyarakat Mekkah belum banyak disentuh peradaban. Pada saat itu masyarakat Mekkah belum mengenal nifaq dan mereka pun keras kepala, serta lidah mereka tajam, hal ini dijelaskan dalam al Quran surat Al-ahzab ayat 19, yang berbunyi :
 أَشِحَّةً عَلَيۡكُمۡ‌ۖ فَإِذَا جَآءَ ٱلۡخَوۡفُ رَأَيۡتَهُمۡ يَنظُرُونَ إِلَيۡكَ تَدُورُ أَعۡيُنُهُمۡ كَٱلَّذِى يُغۡشَىٰ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِ‌ۖ فَإِذَا ذَهَبَ ٱلۡخَوۡفُ سَلَقُوڪُم بِأَلۡسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى ٱلۡخَيۡرِ‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ لَمۡ يُؤۡمِنُواْ فَأَحۡبَطَ ٱللَّهُ أَعۡمَـٰلَهُمۡ‌ۚ وَكَانَ ذَٲلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرً۬ا (١٩)
“Mereka bakhil terhadapmu apabila datang ketakutan [bahaya], kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan [pahala] amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (QS 33: 19).
  Memang, kemunafikan baru dikenal di Madinah. Sulit dibayangkan bila di awal perkembangan Islam sudah ada kemunafikan. Sementara itu, suku yang paling berpengaruh di Mekkah adalah Quraisy. Suku Quraisy memiliki dua keluarga besar, Hasyim dan Umayyah. Yang pertama memiliki sifat jauh lebih mulia dibanding yang terakhir. Dari keluarga Hasyim lah Muhammad lahir.
Betapapun kutipan di atas dimaksudkan untuk membantah pendapat bahwa Muhammad diturunkan di Mekkah karena bangsa tersebut paling bejat, namun secara tidak langsung kita telah mendeskripsikan konstelasi politik tingkat dunia ketika Islam lahir, kondisi Mekkah sebagai tempat perdagangan, ciri umum penduduk Mekkah dan kebiasaannya berdagang ke luar Mekkah, suku dan dua keluarga besar (klan) dalam masyarakat Mekkah. Ini semua menjadi bekal bagi kita untuk memahami konteks sosio-religius pada periode Mekkah.
·        Menyebarkan Islam di kalangan kerabat Nabi Muhammad SAW .
Mengingat pentingnya klan dalam komunitas Mekkah, maka Nabi diperintahkan untuk mula-mula menyebarkan Islam di kalangan kerabatnya,
 وَأَنذِرۡ عَشِيرَتَكَ ٱلۡأَقۡرَبِينَ (٢١٤)  وَٱخۡفِضۡ جَنَاحَكَ لِمَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ (٢١٥)
  “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (QS 26:214-215).
Jangan dilupakan besarnya pengaruh suku Quraisy di kalangan penduduk Mekkah. Karenanya bisa dibayangkan betapa terpukulnya Muhammad ketika ia mengumpulkan keluarganya dalam suatu jamuan santai dan berpidato meminta mereka ke jalan Allah, ternyata keluarganya menolak dan hanya Ali bin Abi Thalib yang berani dan mau menjadi pembantunya. Puluhan orang yang hadir mentertawakan Muhammad dan Ali. Tidak seorangpun menyadari bahwa beberapa di antara para undangan ini akan ditebas oleh Ali di medan Badr, empat belas tahun kemudian, sebagai bukti kesungguhan Ali.
Besarnya pengaruh keluarga di Mekkah jugalah yang, salah satunya, membuat Hamzah memeluk Islam, yakni ketika Abu Jahl-dari klan Hanzhalah mencaci dan mengejek Muhammad, lalu orang-orang melapor pada Hamzah paman dan sekaligus saudara sesusuan Muhammad yang menghajar kepala Abu Jahl dengan busur panahnya. Insiden ini akan berbuntut panjang kalau saja spirit klan saat itu tidak segera padam.
Ketika Abu Thalib masih hidup, klan Hasyim memberikan perlindungan pada Muhammad dan tidak ada yang berani membunuh Muhammad karena klannya akan membalas nantinya. Keadaan berbeda ketika Abu Thalib wafat dan klan Hasyim lewat Abu Lahab melepaskan perlindungan atas Muhammad. Itu berarti, klan manapun yang dirugikan oleh agama ini dapat membunuh Muhammad dan tidak ada klan yang akan menuntut balas. Sejak itu Muhammad dikejar-dikejar dan terpaksa lari ke Tha'if seraya memohon perlindungan pada (berturut-turut) Mas'ud, Abdu Yalail, Habib, Akhnas, Suhayl dan Mut'im bin Adi. Yang terakhir inilah yang bersedia melindungi Muhammad atas nama klannya. Bertahun kemudian,ketika ditanya Aisyah, Rasul menjawab: "Hari-hari hidupku yang paling getir, adalah dulu, ketika ditengah bangsamu, nasibku bergantung pada belas kasih Abdu Yalail".
Ketika Islam hadir di Mekkah dapatlah kita baca dalam beberapa literatur bahwa pada periode Mekkah bercirikan ajaran Tauhid. Tetapi sesungguhnya bukan hanya persoalan teologis semata, juga seruan Islam akan keadilan sosial, perhatian pada nasib anak yatim, fakir miskin dan pembebasan budak serta ajaran Islam akan persamaan derajat manusia, yang menimbulkan penolakan keras penduduk Mekkah pada Muhammad. Bagi mereka, agama ini tidak hanya "merusak" ideologi dan teologi mereka, tetapi juga "merombak" kehidupan sosial mereka.

·        Seruan dan Ajakan Umum
Setelah ajakan dan seruan yang disampaikan kepada Bani Abdul Muthalib tidak memperoleh hasil seperti yang diharapkan, maka Nabi Muhammad SAW pun beserta sahabatnya meningkatkan usaha dan kegiatannya. Usaha meningkatkan kegiatannya itu pun didasarkan pada rencana Allah SWT pula, sebagaimana terdapat dalam.

“Maka sampaikanlah olehmu apa yang telah diperintahkan kepadamu secara tegas (terang-terangan), dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan kamu” (QS. al-hijr : 94-95)

Sesudah ayat ini turun, maka Rasulullah SAW pun mulai menyeru dan mengajak seluruh lapisan manusia agar memeluk agama Islam. Seruan Nabi tidak terbatas kepada orang-orang Mekkah atau Quraisyi tapi juga kepada orang-orang dari luar Mekkah terutama pada musim haji.

Akan tetapi seruan untuk mengembalikan kaum Quraisy kepada ajaran tauhid untuk sementara belum berhasil. Bahkan mereka selalu membuat perlawanan kepada Nabi Muhammad SAW supaya menghentikan dakwahnya. Melihat kondisi yang demikian mendorong nabi untuk berhijrah yaitu ke Madinah.

B.     Periode Madinah: Kesempurnaan Agama Islam
1.      Hijrah ke Yatsrib (Madinnah)
Hijrah ke Madinah tidaklah terwujud begitu saja (atau sekonyong-konyong). Ada beberapa pra-kondisi seperti Bai`at Aqabah (pertama dan kedua). Kedua Ba`iat ini merupakan batu-batu pertama bagi bangunan negara Islam. Kehadiran Rasul melalui peristiwa hijrah ke dalam masyarakat Madinah yang majemuk amat menarik untuk dibahas. Peta demografis Madinah saat itu adalah sebaagai berikut:
(1)  Kaum Muslimin yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar.
(2)  Anggota suku Aus dan Khazraj yang masih berada pada tingkat nominal muslim, bahkan ada yang secara rahasia memusuhi Nabi saw.
(3)  Anggota suku Aus dan Khazraj yang masih menganut paganisme.
(4)  Orang-orang Yahudi yang terbagi dalam tiga suku utama: Banu Qainuqa, Banu Nadhir dan Banu Quraizha.
Kemajemukan komunitas tersebut tentu saja melahirkan conflict dan tension. Pertentangan Aus dan Khazraj sudah terlalu terkenal dalam sejarah Islam. Bahkan diduga diterimanya Rasul di Madinah (Yatsrib) dengan baik di kedua klan tersebut karena kedua klan tersebut membutuhkan "orang ketiga" dalam konflik diantara mereka. Hal ini bisa dipahami dalam manajemen konflik politik. Adapun diterimanya Rasul oleh kaum Yahudi merupakan catatan tersendiri. Tentu saja Yahudi menerima Nabi dengan penuh kecurigaan tetapi pendekatan yang dilakukan Nabi mampu "menjinakkan" mereka, paling tidak, sampai Nabi eksis di Madinah.
2.      Piagam Madinnah
Kemajemukan komunitas Madinah membuat Rasul melakukan negosiasi dan konsolidasi melalui perjanjian tertulis yang terkenal dengan "Piagam Madinah" (590-an atau Abad ke-6). Piagam Madinah sesungguhnya merupakan rangkaian penting dari proses berdirinya negara Madinah, meskipun Nabi, selaku "mandataris" Piagam Madinah tidak pernah mengumumkan bahwa beliau mendirikan negara, dan tak satupun ayat Qur'an yang memerintahkan beliau untuk membentuk suatu negara.
Piagam Madinah telah muncul lebih seribu tahun sebelum Montesqieu mengemukakan teori kesejahteraan undang-undang bagi mengurangkan ketidakadilan dalam masyarakat. Islam telah mempraktikkan suasana hubungan antara kelompok secara saksama hampir seribu dua ratus tahun sebelum Antonio Gramsi mempopularkan istilah hegemoni sosial bagi menjelaskan hubungan antara kelompok bangsawan (termasuk tuan tanah) dengan pekerja, pusat dengan desa dan kuasa politik kerajaan dengan penduduk. Piagam Madinah lebih terkedepan berbanding pandangan Karl Marx dan Frederick Engels mengenai masyarakat tanpa kelas dan cengkaman kaum borjuis.
Dari sudut pandang ilmu politik, obyek yang dipimpin oleh Nabi saw memenuhi syarat untuk disebut sebagai negara. Syarat berdirinya negara ialah ada wilayah, penduduk dan pemerintahan yang berdaulat. Kenyataan sejarah menunjukkan adanya elemen negara tersebut.Walhasil, setelah melalui proses Ba`iat dan Piagam Madinah Nabi dipandang bukan saja sebagai pemimpin ruhani tetapi juga sebagai kepala negara.
3.      Turunnya ayat-ayat Al Qur’an mengenai hukum-hukum Islam.
Kita beralih pada persoalan ajaran Islam. Pada periode Madinah ajaran Islam merupakan kelanjutan dari periode Mekkah. Bila pada periode Mekkah, ayat tentang hukum belum banyak diturunkan, maka pada periode Madinah kita mendapati ayat hukum mulai turun melengkapi ayat yang telah ada sebelumnya. Ini bisa dipahami mengingat hukum bisa dilaksanakan bila komunitas telah terbentuk. Juga dapat dicatat kemajemukan komunitas Madinah turut mempengaruhi ayat hukum ini. Satu contoh menarik pada peristiwa kewajiban zakat dan pelarangan riba. Setting sosio-ekonomi Madinah yang dikuasai oleh Yahudi memerlukan sebuah "perlawanan" dalam bentuk zakat (untuk pemerataan ekonomi di kalangan muslim) dan pelarangan riba. Yang terakhir ini membawa implikasi baik secara ekonomi maupun politik bagi praktek riba kaum Yahudi.
Bukan hanya ayat hukum saja yang berangsur-angsur "sempurna", juga ayat tentang etika, tauhid dan seluruh elemen ajaran Islam berangsur-angsur mendekati titik kesempurnaan, dan mencapai puncaknya. Setelah Nabi wafat, dimulailah era khulafaur rasyidin. Tidak dapat dipungkiri, di Madinah Islam sempurna dan disinilah awal sebuah peradaban yang dibangun oleh umat Islam mulai tercipta.
Wa Allah a'lam bis Shawab.

  
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pertumbuhan Islam tidak lepas dari peranan Raosulallah Muhammad S.A.W.  Beliau mengenalkan Agama Islam dengan segala cara, karena Islam memang agama yang mengatur segala sendi – sendi kehidupan, mulai dari moral, religious, kenegaraan, kebangsaan, sosial dan ekonomi dengan segala ketentuan Allah S.W.T
            Begitu sulit dan berat tugas Nabi Muhammad untuk menanamkan dan menumbuhkan Islam pada zamannya, dengan pengorbanan luar biasa tanpa pamrih agar Islam menjadi suatu teladan, panduan dan rambu – rambu dalam kehidupan kita.
            Alangkah mirisnya jika kita sebagai generasi pengikut Nabi Muhammad S.A.W tidak menghargai segala usaha Nabi kita dulu untuk menanamkan dan menumbuhkan Islam pada kita semua.
            Maka dari itu sebagai generasi muda Islam kita berkewajiban untuk mengahrgai perjuangan Rosulallah Muhammad S.A.W dengan cara mengamalkan ajarannya melalui ibadah kita.
            Sekianlah bahasan makalah mengenai Sejarah Pertumbuhan Islam di Mekkah dan Madinnah. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua serta dapat membuka dan mengingatkan memori kita kembali betapa Agung Islam itu, dan lebih menghargainya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Jika ada kekurangan kami mohon maaf. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah S.W.T
Wassalam.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya
Michael H. Hart, dalam bukunya The 100
(Quraish Shihab, Lentera Hati, Bandung, Mizan, 1994, 48-51)
(Ibn Hisyam, Sirah an-Nabawiyah, h. 301-301).
(Disarikan dari H. Fuad Hashem, Sirah Muhammad Rasulullah, Bandung, Mizan, 1990, khususnya bab 12 dan 23)
(Syamsu Rizal Panggabean, "Beberapa Segi Hubungan Bahasa Agama dan Politik dalam Islam", dalam Islamika, No. 5, 1994, h. 4-5)